BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Kekayaan sejarah sebuah kota atau
daerah terlihat dari jejak peninggalan atau yang disebut cultural heritage dan
living cultural yang tersisa dan hidup di daerah tersebut. Keduanya merupakan
warisan peradaban manusia.
Demikian halnya dengan daerah Tegal,
wilayah yang kaya akan jejak peninggalan sejarah sebagai penanda bahwa Tegal
sebagai tlatah daerah tak dapat dilepaskan dari keterkaitan garis sejarah
hingga membentuk daerah ini. Penekanan pada bidang pertanian misalnya, tak
dapat dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar sejarah tlatah Tegal yang
mengembangkan kapasitasnya sebagai daerah agraris. Tradisi keagrarisan dimulai
dari demung trah Pajang. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu dimulai semenjak
jaman Mataram Kuno.
Kesaksian ini diperkuat dengan
ditemukannya artefak kuno dan candi di Pagedangan. Ditambah tlatah Tegal
kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang cenderung kekuasaan
dengan basis pertanian.
Tlatah Tegal juga tidak dapat
dipisahkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan jaman dulu yang dibangun di tlatah
Sunda, misalnya Kerajaan Galuh Kawali yang wilayah kekuasaannya meliputi lebih
dari setengah wilayah Jawa Tengah sekarang, jadi termasuk wilayah Tegal dan
Banyumas.
B.
Identifikasi
Masalah
Melihat semua
hal yang melatarbelakangi kemajuan kota Tegal maka, kami menarik beberapa
masalah dengan berdasarkan kepada :
1.
Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada
sejarah perkembangan kota Tegal pengetahuan masyarakat keadaan masyarakat kota
Tegal tempo dulu.
2.
Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang perkembangan
kota Tegal dan keadaan masyarakat kota Tegal tempo dulu yang dijadikan contoh
oleh para pengajar.
C.
Pembatasan Masalah
Karena cangkupan Sejarah perkembangan Kota Tegal yang begitu
luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan, maka kami hanya membataskan
penelitian hanya akan membahas Kota Tegal pada masa Ki Gede Sebayu dari sejarah
perjalanan beliau hingga sampai ke Tegal, Perkembangan Ekonomi, Pemerintahan,
Tata kota hingga perkembangan Kota Tegal sekarang
D.
Prumusan
Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang
dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah
sebagai berikut: ”Faktor apakah dibalik kemajuan perkembangan kota Tegal yang
begitu pesat ini?”
E.
Kegunaan
Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi
masyarakat Kota Tegal khususnya termasuk didalamnya adalah pengajar dan pelajar
agar lebih memahami tentang siapa sosok awal dibalik kemajuan kota Tegal serta
bagaimana pengabdiannya untuk memajukan Tegal.
F.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para
remaja dalam pemahaman tentang sosok awal dibalik kemajuan kota Tegal. Secara terperinci tujuan dari
penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat
tentang Sejarah kemajuan
kota Tegal
2.
Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kota Tegal.
G.
Metode
Penulisan
Untuk
mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode
observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik wawancara, dan teknik studi
kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan
sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu,
Internet.
H.
Hipotesis
Penelitian
ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup melakukan
pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun keyakinan atau
hipotesis tersebut adalah “Kurangya pemahaman masyarakat terhadan sosok-sosok
dibalik awal mula kemajuan suatu daerah di Indonesia yang sering luput dari
perhatian mereka” Hal ini, menjadi salah satu faktor yang paling dominan untuk
dapat dikatakan sebagai “penyebab”.
I.
Waktu dan
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu dua minggu. Dimulai dari
pengumpulan data, kegiatan lapangan hingga penulisan hasil akhir penelitian.
J.
Sistematika
Penulisan
Pada karya
ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan.
Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, kegunaan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, sampai terahir kepada
sistematika penelitian.
Bab berikutnya,
kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang Sosok
Awal Dibalik Kemajuan Kota Tegal.
Bab keempat
merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, penulis
menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran
mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar tetap melestarikan dan memotivasi
agar kedepannya kota Tegal menjadi lebih maju lagi.
BAB 2
PEMBAHASAN
Kota Tegal adalah salah satu kota di
Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah
barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal disebelah timur dan
selatan. Dalam rangka memenuhi tugas sekolah mengenai perkembangan Kota
Tegal pada masa Ki Gede Sebayu, maka kami akan membahas Kota Tegal pada masa Ki
Gede Sebayu hingga perkembangan Kota Tegal sekarang
A.
Sejarah
Perjalanan Ki Gede Sebayu
Sejarah tlatah Tegal tak dapat
dipisahkan dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah
Majapahit, karena ayahnya, Ki Gede Tepus Rumput (Pangeran Onje) adalah
keturunan Batara Katong, Adipati Ponorogo yang masih punya kaitan dengan
keturunan dinasti Majapahit. Ki Gede Sebayu adalah putra ke22 dari 90 saudara.
Putra beliau 2 orang yaitu, Raden Ayu Giyanti Subalaksana yang menjadi istri
Pangeran Selarong (Pangeran Purbaya) dan Ki Gede Honggobuwono.
Ki Gede Sebayu, yang memilih diam
cegah dhahar lawanguling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin
kacau, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak Sebayu agar menyelamatkan
Kerajaan Pajang. Namun, Sebayu menolak. Melihat penderitaan manusia akibat
perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda, Sebayu malah pilih
pamit untuk menyingkir kebarat. Dia melepas atribut kebangsawanannya dan
mengembara mencari hakekat hidup.
Sampailah dia di sebuah daerah penuh
ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai
muara laut utara. Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang
nyaris tak berpenghuni itu.
Di sana hanya ada beberapa bangunan
semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat. Makam
tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan.
Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam.
Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan
pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi
tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih
untuk dijadikan sumber air irigasi. Sementara itu, Pangeran Benow diangkat
menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya, Sebayu, untuk menjadi patih.
Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Sebayu. Di Desa Tegal, tempat
Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak
mungkin meninggalkan rakyat Tegal, Pangeran Benowo melantik dia menjadi juru
demang atau sesepuh Desa Tegal. Anugerah sebagai sesepuh desa diberikan pada
malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu
bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.
Selain itu juga ada lagi kisah dari
Ki Gede Sebayu waktu hendak menikahkan Putrinya yang bernama Raden Ayu Giyanti
Subalaksana.
“Sapa-sapa satriya
sing bisa negor wit jati nganti bisa rubuh, bakal dak tampa dadi jodhone
anakku, Raden Ayu Siti Giyanti Subalaksana”.
Demikian sabda Ki Gedhe Sebayu ketika mengumumkan sayembara
kepada seluruh kasatriya tanah Jawa. Artinya, siapa saja kesatriya Jawa yang
bisa menebang pohon jati sehingga roboh, akan diterima menjadi jodoh putrinya,
Raden Ayu Siti Giyanti Subalaksana. Di samping itu, wit
jati atau pohon jati tersebut nantinya akan menjadi sakaguru bagi Masjid Agung
Kalisoka. Namun dalam sayembara itu tak seorangpun mampu menebang wit jati tersebut hingga roboh. Sudah dua puluh empat kesatriya
gagal melaksanakan sayembara Ki Gedhe Sebayu.
Pada saat semua orang hampir putus asa, datanglah seorang
pemuda. Ia bernama Ki Jadhug yang
mengaku dari dukuh Sigeblag, desa
Slarang Kidul, kecamatan Lebaksiu. Konon Ki Jadhug adalah Jaka Umbaran
atau Panembahan Purbaya ketika muda. Putra sulung Panembahan Senapati ing Alaga
Mataram ini sedang melaksanakan kewajiban kesatriya Jawa untuk lelana. Yakni berkelana demi
menajamkan hati dan pikiran. Ki Jadhug mengikuti sayembara akbar tersebut.
Dengan susah payah, beliau berhasil juga
melaksanakan amanat Ki Gedhe. Beliau mencerabut wit
jati tersebut hingga
akar-akarnya ke permukaan tanah. Dan ketika sang wit
jati tercerabut, semua khalayak menyaksikan angin kencang yang membantu Ki
Jadhug. Akhirnya, pekik tahmid dan takbir dari Ki Gedhe Sebayu
mengiringi robohnya sang wit jati.
B.
Perkembangan Ekonomi
Kata Tegal sendiri berasal dari kata
Tetegal yang artinya tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian.
Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Teteguall.
Sebutan ini diberikan oleh seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pieres
yang pernah singgah di pelabuhan Tegal sekitar tahun 1500-an. Tome Pieres
adalah penjelajah sekaligus saudagar yang menjual hasil-hasil pertanian dan
gula. Menurut catatan Tome Pieres, pada waktu itu perdagangan di Tegal
didominasi oleh orang-orang India dan Tionghoa. Tegal merupakan bandar yang
penting di sepanjang pantai utara dan pantai timur Jawa. Perdagangan di Tegal
pada akhir abad ke-16 dikuasai oleh kaumbangsawan. Namun demikian pengurusan
langsung usaha dagang ditangani orang-orang yang mereka percayai. Kaum
bangsawan lebih bertindak sebagai penanam modal dalam perdagangan dan pemilik
sebagian besar perahu-perahu.
Pada tahun 1600-an, Tegal merupakan
daerah yang ditunjuk Sultan Agung sebagai tempat untuk membawa beras dengan
perahu yang diperlukan bagipersediaan pangan tentara Mataram dalam menyerang
VOC di Batavia.
C.
Perkembangan Pemerintahan
Antara abad 10 sampai 16 kemungkinan
di wilayah Tegal ada sistem pemerintahan atau dikuasai kerajaan kecil, sebab
menurut catatan Rijklof van Goens dan data di buku W. Fruin Mees, disebut kalau
sekitar tahun 1575 daerah itu termasuk daerah merdeka yang dipimpin oleh raja
kecil atau pangeran. Pendapat ini juga didukung di buku The History of Java
karya Raffles yang menyatakan kalau ada kerajaan kecil yang bernama Kerajaan
Mandaraka (ada juga yang menyebut Kerajaan Salya) di sekitar wilayah Tegal,
tapi catatan ini sedikit meragukan.
Kerajaan Mataram mulai menguasai
Tegal setelah penyerangan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Seda Krapyak.
Sebagai bagian dari Kerajaan Mataram, wilayah Tegal mendapat status Kadipaten
pada hari Rabu Kliwon tanggal 18 Mei 1601, dan Ki Gede Sebayu diangkat
oleh Panembahan Senopati (penguasa Mataram) menjadi Juru Demang (setingkat
Tumenggung).
Pada jaman perlawanan Pangeran
Diponegoro (1825-1830), menurut catatan P.J.F. Louw dalam bukunya De Java
Oorlog Uan, wilayah Tegal dipimpin Residen Uan Den Poet.
Tegal merupakan daerah yang
dipercaya Mataram pada masa Sultan Agung dan Amangkurat I sebagai daerah
pengaman bagi kerajaan. Pada masa itu banyak prajurit Jawa yang ditempatkan di
Tegal. Tetapi setelah adanya kontrak antara kompeni dan Sunan Pakubuwono II,
disebutkan dalam vasal II kontrak tersebut yang berbunyi supaya sunan menarik
atau memanggil prajurit itu ke istana. Dalam kontrak baru perdamaian antara Pakubuwono
II dengan Kompeni juga mewajibkan sunan untuk mengumpulkan alat-alat dan tenaga
untuk membangun dan memperbaiki lojiyang ada di Tegal. Pada masa terjadi
pertempuran antara Mataram dengan Madura awal abadke-17 kompeni mendapat
kesukaran untuk memperoleh beras dari bandar-bandar Mataram karena semua perahu
Mataram digunakan untuk keperluan perang. Untuk mengatasinya maka Kompeni
Batavia terpaksa mengirim kankapal-kapalnya ke Tegal, Demak, Jepara, dan Kendal
untuk mengangkut beras.
Pada awal abad ke-18 kota Tegal juga
memainkan peran yang sangat penting. Dimana pada saat itu Kompeni berusaha
memperkuat pertahanan Tegal agar tidak jatuh ke tangan Mangkubumi. Pertahanan
Kompeni terhadap Tegal itu dengan tujuan untuk mempekuat pertahanan kota dalam menghadapi
penyerangan dari Pangeran Mangkubumi pada masa Perang Giyanti. Pertahanan yang
dilakukan Belanda dengan cara mendatangkan pasukan dari Madura dan Surabaya
sebanyak 2000 orang. Pada masa Kerajaan Mataram, wilayah Tegal menjadi bagian
darikekuasaannya. Dengan demikian maka kepala daerahnya diangkat olehpemerintah
kerajaan dengan surat ketetapan (piagam) raja. Pada masa pemerintahan kolonial,
surat ketetapan itu dikeluarkan oleh pemerintah kolonial di Batavia.
Tanggal 31 Agustus 1629 hampir
keseluruhan pasukan tiba di daerah sekitar Batavia. Mereka datang berkuda
membawa bendera, panji-panji ,dan juga gajah. Saat sampai Batavia, Mataram
mengatur siasat dengan mengirim seorang utusan yang bernama Warga untuk meminta
maaf kepada kompeni mengenai hal yang telah terjadi. Kompeni menerima Warga
dengan baik, sementara itu kedua kalinya, ia ditangkap dan ditanyai tentang
kebenaran berita, bahwa Mataram hendak menyerang Batavia lagi. Hal ini
dibenarkan oleh Warga dan rahasia bahwa Tegal menjadi gudang persediaan beras
bagi tentara Mataram pun terbuka.
Setelah mendapat keterangan ini
kompeni mengirimkan armadanya ke Tegal, dimana perahu-perahu Mataram,
rumah-rumah, dan gudang-gudang beras bagi tentara Mataram dibakar habis.
Setelah Tegal dirusak, Kompeni mengarahkan perhatiannya kepada Cirebon. Akibat
pemusnahan gudang beras Mataram, usaha pengepungan Batavia tidak berlangsung
lama (Marwati Djoened, dkk, 1992: 74-75). Total kerugian yang dideritaMataram
di Tegal sebanyak 4.000 pikul bersama dengan 200 perahu. Kira-kira 100 perahu
yang datang dengan padi menurut Tumenggung itu akhirnya akan dikirim untuk
Batavia. Dia menghendaki agar semua padi itu ditumbuk di Tegal. Persiapan
Mataram untuk menggempur Batavia sebenarnya sudah terdeteksi oleh mata-mata
VOC. Mata-mata itu melaporkan bahwa Mataram telah mengangkut dan menimbun
sejumlah besar beras disepanjang pantai, utamanya di daerah Tegal. Sebelum
dibawa ke Batavia, padi yang diangkut dengan 100 perahu tersebut akan ditumbuk
dulu di Tegal.
Pada masa Amangkurat I, Tegal
direncanakan dipakai oleh sultan dan VOC untuk melakukan pertemuan berkaitan dengan
pemberontakan di Mataram.Namun belum terlaksana karena Amangkurat I meninggal
dalam perjalanan sebelum sampai ke kapal VOC yang berlabuh di Tegal. Dalam
kondisi sakit sekitar dua minggu dia dibawa di dalam sebuah tandu ke arah barat
melalui distrik Bagelen dan pegunungan di Banyumas. Sultan berharap dapat mencapai
Tegal untuk bertemu dengan VOC yang telah menunggunya didalam Kapal. Amangkurat
I meninggal di sebuah desa kecil sebelum mencapai pantai. Tubuhnya diantarkan
ke Tegal dan dikebumikan di atas bukit buatan yang diberi nama Seda ing Tegal
Wangi.
Putra mahkota, yaitu Amangkurat II
menggantikan ayahnya menjadi raja Mataram sekaligus diakui oleh VOC sebagai
penguasa di Tegal dan Jepara. Setelah kematian Amangkurat I sebenarnya penguasa
Tegal, Tumenggung Martalaya telah menyarankan kepada Amangkurat II untuk tidak
meminta bantuan VOC dalam menumpas pemberontakan Trunojoyo di Jawa Timur,
Tetapi saran ini ditolak, dia cenderung lebih kooperatif dengan VOC, bahkan
penguasa Tegal ini tidak disukai oleh Sultan.
Pada tahun 1677 ketika Amangkurat II
menandatangani kontrak dengan VOC, daerah Jepara dan Tegal merupakan suatu
tempat yang tersisa disepanjang pantai utara Jawa yang belum dikuasai oleh
Pasukan Trunojoyo Perbatasan wilayah antara kompeni dan Mataram menggunakan
patokan sungan Tjilosari Tegal. Berkat jasa VOC terhadap Mataram pada waktu
membantu pemberontakan Trunojoyo, maka sekitar tahun 1680 VOC mengangkat dirinya
sebagai penguasa di pesisir Jawa, termasuk di Tegal. Di tempat inilah VOC
membangun benteng yang kuat dan membangun pos perdagangan. Di sini sebenarnya
mulai muncul embrio penduduk Eropa yang mendiami Kota Tegal.
Pada awalnya sekitar tahun 1680
masyarakat Eropa tinggal dan membangun benteng, sehingga keberadaan mereka
cukup ekslusif. Keuntungan tinggal di benteng adalah keamanan terjamin dan secara
militer kekuatan VOC tidak pernah terpotong dari laut. Keberadaan orang Eropa
di benteng sejalan dengan kebijakan antara VOC dan Bupati Tegal untuk
mengelompokkan pedagang Eropa dan tentara Eropa terpisah dari penduduk Jawa.
Mereka tinggal dibenteng dan tidak seorangpun dapat masuk ke lokasi itu tanpa
seijin VOC dan bupati.
Dalam perkembangannya karena hidup
di dalam benteng tidak menyenangkan, sehingga mereka pindah ke rumah yang
dibuat permanen di kota. Adapun orang-orang Jawa tinggal disebelah timur
kampung kota dan orang-orang Cina tinggal di sebelah selatan. Pemukiman Eropa
di kota ini terletak di dekat laut, di sekitar suatu lapangan luas dekat rumah
residen, di depan benteng. Di depan rumah residen terdapat gudang-gudang,
sedangkan di tepi laut dan di belakang bangunan ini terletak sebuah fondasi
bagi bangunan kubah gereja Tegal.
Pada masa Pakubuwono II, Sunan
meminta bantuan VOC dalam menumpas pemberontakan Cina (1740-1743). Melalui perjanjian
tanggal 18 Mei 1746, maka daerah pesisir Mataram yang masih tersisa diserahkan
kepadakompeni, termasuk Tegal (Perjanjian 1 November 1743 dan 18 Mei
1746,antara Pakubuwono II dan Kompeni terdapat dalam arsip Solo, box 53 no.5.
Arsip. 31). Posisi transportasi Tegal juga cukup strategis karena dapat dilalui
dengan menggunakan jalur darat. Rute darat di antara Tegal dengan daerah lain
atau ke pedalaman pernah dijelaskan oleh Gubernur Jenderal Van Im Hoff. Dia
menggambarkan bahwa dalam kunjungannya ke Mataram tahun 1746, dari Surakarta ke
Tegal melewati Kartasura, Jogjakarta kemudian lewat Kota Gede menuju pantai
Selatan menyusuri pinggir.
D.
Perkembangan Tata Kota dan Keadaan
Sosial Ekonomi 1900-1950
Tegal tahun 1900 mengalami
transformasi menjadi salah satu kota besar di pantai utara jawa. Terutama
setelah dibangun jalan raya anyer-penarukan serta jalur kereta api yang
menghubungakan surabaya dengan batavia/jakarta. Setelah pada tahun 1885
dibangun stasiun Tegal yang kemudian memicu pertumbuhan ekonomi. Perekonomian
terutama berkembang pada sentra hasil produksi gula, hasil produksi teh, serta
perdagangan tekstil.Masyarakat yang mendiami daerah Tegal diantaranya adalah
masyarakat pribumi asli yang merupakan penduduk asli Tegal, ada etnis China
yang kebanyakan tinggal di daerah pecinan yang terletak di jalan Yos Sudarso.
Masyarakat etnis arab
bermukim di daerah Pekauman yang terletak di sebelah barat Alun-alun Tegal.
sedangan mayarakat Eropa tinggal di daerah Tegal timur di sebelah selatan
stasiun Tegal. Sementara warga pribumi kebanyakan tinggal di luar daerah
tersebut, seperti di pesisir pantai sebelah barat.
E.
Kondisi Tata
Kota Tegal Awal Tahun 1900-1950
Pada masa kolonial Tegal
merupakan salah satu kota yang dijadikan Kantor bagi pemerintah Kolonial
Belanda. Selain Loji dan kantor Residen, dibangun juga Benteng dan Pelabuhan
serta Stasiun. Kantor pemerintah kolonial ini terutama mengawasi hasil
pertanian tebu dan perkebunan teh yang merupakan salah satu komoditas utama
Tegal. komoditas tebu berpusat di Pangkah di mana pabrik gula pangkah berada.
Sedang perkebunan teh terletak di daerah Bojong dan Bumijawa yang terletak di
dataran tinggi.
Lokasi Tegal sangat
strategis jika dilihat dari posisi Tegal yang terletak diantara jalur
penghubung Cirebon - Semarang maupan Batavia - Surabaya. Tegal juga merupakan
pintu masuk dari jalur pantai utara menuju daerah-daerah di selatan pulau Jawa
seperti Purwokerto, Cilacap, maupun Kebumen. Hal inilah yang membuat pemerintah
kolonial memperhatikan betul pembangunan infrastruktur di Tegal. pembangunan
inilah yang kemudian memiicu perkembangan ekonomi dan sosial di daerah tegal.
Sekitar tahun 1900-an
pembangunan di Tegal mencapai puncaknya. Salah satu yang cukup mencolok adalah
pembangnan kantor pusat SCS. Stasiun Tegal yang mulai dibangun pada tahun 1885
sebagai stasiun trem JSM (Java Spoorweg Maatschappij). Pada 1897 dibeli oleh
maskapai perkeretaapian SCS (Semarang Cheribon Stoomtram-maatschappij) kemudian
stasiun dilengkapi dengan atap besar berbahan kayu yang mampu mengatapi 3
sepur. Pada tahun 1918 bagian stasiun yang termasuk dalam rancangan tahun 1885
direnovasi berdasarkan karya arsitek Henricus Maclaine Pont.
Perusahaan SCS merupakan
perusahaan perkeretaapian yang memegang trayek jalur kereta api Cirebon
Semarang Purwokerto. Tegal dipilih sebagai kantor pusat sebab Tegal terletak di
tengah-tengah ketiga kota tersebut. Pemilihan tegal sebagai kantor pusat SCS
membuat Tegal semakin ramai. Arus mobilisasi dari dan menuju Tegal kian mudah.
Sebagai akibatnya, kriminalisasi juga semakin banyak. Dari hal ini pemerintah
kolonial membangun sebuah penjara yang terletak di sebelah selatan kantor dan
rumah Residen.
Bangunan penjara ini
berbentuk seperti sebuah Loji dengan dinding yang kuat dan tebal. Dengan
penjagaan yang ketat oleh petugas jaga, serta sel-sel yang terbuat dari besi.
Penjara ini sebagai tempat eksekusi maupun penahanan bagi mereka yang telah
didakwa oleh pengadilan pemerintah kolonial. Sisa-sisa dari bangunan penjara
ini sudah tidak ada, sebagai gantinya, diatasnya dibangun bangunan Belanda
lainnya yang kemudian dijadikan gedung kantor pos pada masa orde baru.
Pelabuhan Tegal terletak di
sebelah utara kantor Residen Tegal. Meskipun bukan merupakan pelabuhan yang besar,
namun pelabuhan Tegal cukup ramai. Tidak hanya disinggahi para nelayan,
Pelabuhan ini juga digunakan sebagai transit bagi mereka yang sedang melakaukan
perjalalan menuju semarang maupun Batavia. Hingga saat ini keadaan pelabuhan
Tegal masih relatif sama seperti pada masa pertama kali dibangun. Hanya
saja, pelabuhan ini tidak lagi difungsikan untuk bersandar kapal-kapal besar.
Pelabuhan ini hanya digunakan untuk bersandar kapal-kapal nelayan kecil pencari
ikan.
F.
Tegal Masa Kini
“TEGAL KEMINCLONG, MONCER KOTANE”, “TEGAL LAKA-LAKA”. Itulah Semboyan kota Tegal. Dalam rangka memenuhi tugas sekolah mengenai
perkembangan Kota Tegal, maka kami akan membahas Kota Tegal dari berbagai aspek
yaitu : Pemerintahan, Perekonomian, Budaya, Obyek Wisata, Kebudayaan unik
Tegal, Makanan Khas Tegal.
ª
Pemerintahan
Kota Tegal
terdiri 4 kecamatan, yakni Tegal
Barat, Tegal
Timur, Tegal
Selatan, dan Margadana. Balai kota Tegal semula menempati
gedung yang kini digunakan untuk gedung DPRD Kota Tegal. Namun sejak tahun 1985, pusat pemerintahan dipindahkan ke
bekas pendopo Kabupaten Tegal, yakni di kawasan alun-alun. Kolonel Laut (Purn) Adi Winarso,
S.Sos adalah putra Tegal pertama yang menjabat sebagai Walikota selama dua periode yakni 1999-2004
dan 2004-2009. Tahun 2008 menandai sejarah baru kepemimpinan Kota Tegal, karena
tahun itu pula untuk kali pertama Walikota dipilih secara langsung oleh rakyat
Kota Tegal. Hasilnya, secara mutlak pasangan Ikmal Jaya, SE Ak/ Ali Zainal
Abidin, SE terpilih sebagai pemimpin baru melalui Undang-undang politik baru. Mereka dilantik pada 23 Maret 2009 oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo.
ª
Perekonomian
klim investasi yang cukup
sejuk mengundang banyak investor luar daerah menanamkan modalnya di kota ini.
Maka tak mengherankan, dalam kurun waktu 5 tahun sejak 2001, telah berdiri beberapa pusat perbelanjaan antara lain Pacific
Mall, Rita Mall, Dedy Jaya Plaza, Marina Plaza, dan
Pusat grosir Moro. Namun demikian seiring dengan krisis ekonomi beberapa
pusat perbelanjaan gulung tikar, diantaranya Marina Plaza dan Moro dan dedy
jaya yang hampir bangkrut tingkat perekonomian masyarakat tegal sangat
konsumtif hal ini dibuktikan dengan banyak nya perusahaan yang menanamkan modal
dan menuai keberhasilannya di tegal,spt contohnya dealer honda terbesar yaitu
Naga Mas tegal yang menjadi penjualan honda terbesar di tegal,slawi, brebes
ª
Budaya
Meskipun kota
Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini berkembang cukup pesat. Berbagai
macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal.
Kesenian asli Kota Tegal adalah tari endel dan balo-balo. Ibu Sawitri merupakan generasi pertama penari endel. Selain itu, seni sastra
juga merupakan andalah Kota Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto Suprijadi. Sementara Widjati
digolongkan ke dalam penyair angkatan '00'. Kota Tegal tercatat memiliki dua
tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi (sutradara dan penulis skenario),
dan Chaerul
Umam (sutradara).
Beberapa
teater yang kiprahnya menjadi konsumsi berita nasional adalah teater RSPD (Yono
Daryono), teater Puber (Nurhidayat Poso), teater Wong (M Enthieh Mudakir),
teater Hisbuma (Dwi Eri Santoso), Teater Q (Rudi Itheng) dan lain-lain. Di
bidang musik tercatat beberapa nama yang menjadi cikal bakal lahirnya musik
Tegalan yaitu Hadi Utomo, Nurngudiono, dan Lanang Setiawan.
ª
Obyek Wisata
Beberapa obyek wisata Kota Tegal yang dapat dikunjungi
antara lain:
a)
Pantai Alam Indah (PAI) yang dilengkapi anjungan,
gardu pemantau, waterboom, Monumen Bahari, dan panggung
hiburan.
c)
Wisata makanan antara lain: pondok makan jalan teri
(pokanjari), lesehan di seputaran Jalan A. Yani (pada waktu malam hari), rumah
makan masakan laut di kawasan PAI serta rumah makan kapal terapung "Lor
ing Margi" yang baru dibuka Agustus 2009, rumah makan Miraos, rumah makan
Sari Laguna, dan lain-lain
d)
Hotel berbintang di kota Tegal: Bahari Inn, Karlita International Hotel, Plaza Hotel, Alexander, Susana
Baru, Paramesti, Riez Palace. Di samping itu masih ada puluhan hotel berkelas
melati.
e)
Pusat perbelanjaan: Pacific Mall, Dedy Jaya Plaza,
Rita Super Mall.
f)
Wisata hobi: pasar burung (pets shop)
g)
Taman Poci : Taman kecil yang terletak di
depan Stasiun KA Tegal dilengkapi dengan permainan anak2 dan dihiasi lampu
hias, cocok buat keluarga yang ingin "jagongan" karena banyak
pedagang kaki lima yang menjajakan makanan khas Tegal + Teh Poci
ª
Kebudayaan Unik Tegal
Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di
wilayah Tegal, dengan acara inti melangsungkan 'pesta perkawinan' antara
sepasang poci tanah berukuran raksasa. Mantu poci pada umumnya diselenggarakan
oleh pasangan suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga
dikarunai keturunan. Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga
dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian
makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak
lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk
rumah. Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan
keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi
layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian
dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi. Dewasa
ini Mantu Poci sudah jarang digelar di Tegal. Salah satu repertoar yang diusung
oleh Dewan Kesenian Kota Tegal di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) tahun 2003 adalah mementaskan drama
berjudul Kang Daroji Mantu Poci, dikemas secara komedi.
ª Makana Khas Tegal
Tegal dikenal dengan tahu aci dan pilus. Makanan khas lain yaitu Soto Tegal (memakai tauge dan tauco dengan
campuran daging ayam, sapi atau jeroan babat), Kupat Glabhed (ketupat dari
beras yang diberi kuah kental dan dimakan bersama sate kerang/sate dari daging
blengong(sejenis unggas/bebek). Minuman yang terkenal yaitu teh poci khas Tegal
(teh yang diseduh air panas di dalam wadah poci terbuat dari tanah liat dan
untuk pemanisnya diberi gula batu. Untuk makan sehari-hari biasanya disebut
Nasi Ponggol (berisi lauk yang terdiri dari Tahu, Tempe, Ikan Asin Oreg Oreg
Tempe Berupa Tempe yang diiris kecil kecil dibumbui dengan Tumis) Akhir akhir
ini banyak disebut orang di Kota Tegal Ponggol Setan (karena dijualnya malam
setelah Jam 6 malam sampai pagi hari) Konotasi "Setan " karena
rasanya yang pedas bagai kesetanan.
Beberapa makanan kecil yang saat ini
sudah agak langka adalah Glothak (semacam bubur terbuat dari gembus/dage dengan
kuah kaldu dan cabai hijau). Makanan semacam ini biasanya banyak dijual saat
bulan Ramadhan. Ada juga kupat bongko, rujak
kangkung, bubur blohok dan rujak uleg, yang tak kalah hebohnya ada pula jajanan
yang namanya Olos yang kini menjadi jajanan khas Tegal. Sate Kambing Tegal juga
cukup banyak disukai oleh masyarakat hingga diluar Tegal. Sate Kambing Tegal
terbuat dari daging kambing muda biasanya berumur di bawah lima bulan
(balibul)yang sangat empuk dan beraroma khas karena tidak terlalu banyak olesan
bumbu pada saat membakarnya. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah,
tomat dan cabe rawit. Sangat lazim dihidangkan bersama teh poci gula batu.
BAB 3
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kota Tegal merupakan penjelmaan dari
sebuah desa yang bernama TETEGUAL.
Pada tahun 1530, Daerah ini telah mengalami banyak kemajuan dan telah menjadi
bagian dari wilayah kabupaten Pemalang yang mengakui kerajaan Pajang. Secara
historis dijelaskan bahwa eksistensi dari Kota Tegal tidak lepas dari peran Ki
Gede Sebayu yang merupakan keturunan trah Majapahit. Melihat penderitaan
manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga diKerajaan Pajang tidak
kunjung reda, Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir kebarat. Dia melepas
atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup.
Sampailah dia di sebuah daerah penuh
ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai
muara laut utara. Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang
nyaris tak berpenghuni itu. Pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988
Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi
yang merupakan hari jadi Kota Tegal.
B.
SARAN
Kota Tegal yang telah melalui
perjalanan sejarah yang panjang, dan mempunyai peradaban yang maju yang telah
di wariskan sejak zaman Ki Gede Sebayu dalam Pemerintahan, Perekonomian,
Kebudayaan, dan lain sebagainya. Merupakan sebuah motivasi agar kedepannya Kota
Tegal dapat menjadi kota yang lebih maju. Kita sebagai generasi penerus harus
dapat memberikan yang terbaik bagi kelangsungan kota kita tercinta ini, agar
kedepannya menjadi kota yang Metropolitan. Amin...