9/03/2012

Sejarah Kota Tegal


BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Kekayaan sejarah sebuah kota atau daerah terlihat dari jejak peninggalan atau yang disebut cultural heritage dan living cultural yang tersisa dan hidup di daerah tersebut. Keduanya merupakan warisan peradaban manusia.
Demikian halnya dengan daerah Tegal, wilayah yang kaya akan jejak peninggalan sejarah sebagai penanda bahwa Tegal sebagai tlatah daerah tak dapat dilepaskan dari keterkaitan garis sejarah hingga membentuk daerah ini. Penekanan pada bidang pertanian misalnya, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar sejarah tlatah Tegal yang mengembangkan kapasitasnya sebagai daerah agraris. Tradisi keagrarisan dimulai dari demung trah Pajang. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu dimulai semenjak jaman Mataram Kuno.
Kesaksian ini diperkuat dengan ditemukannya artefak kuno dan candi di Pagedangan. Ditambah tlatah Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pertanian.
Tlatah Tegal juga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan jaman dulu yang dibangun di tlatah Sunda, misalnya Kerajaan Galuh Kawali yang wilayah kekuasaannya meliputi lebih dari setengah wilayah Jawa Tengah sekarang, jadi termasuk wilayah Tegal dan Banyumas.

B.      Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi kemajuan kota Tegal maka, kami menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
1.      Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada sejarah perkembangan kota Tegal pengetahuan masyarakat keadaan masyarakat kota Tegal tempo dulu.
2.      Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang perkembangan kota Tegal dan keadaan masyarakat kota Tegal tempo dulu yang dijadikan contoh oleh para pengajar.

C.      Pembatasan Masalah
Karena cangkupan Sejarah perkembangan Kota Tegal yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan, maka kami hanya membataskan penelitian hanya akan membahas Kota Tegal pada masa Ki Gede Sebayu dari sejarah perjalanan beliau hingga sampai ke Tegal, Perkembangan Ekonomi, Pemerintahan, Tata kota hingga perkembangan Kota Tegal sekarang

D.     Prumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut: ”Faktor apakah dibalik kemajuan perkembangan kota Tegal yang begitu pesat ini?”

E.      Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Kota Tegal khususnya termasuk didalamnya adalah pengajar dan pelajar agar lebih memahami tentang siapa sosok awal dibalik kemajuan kota Tegal serta bagaimana pengabdiannya untuk memajukan Tegal.

F.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para remaja dalam pemahaman tentang sosok awal dibalik kemajuan kota Tegal. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang Sejarah kemajuan kota Tegal
2.      Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kota Tegal.

G.     Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik wawancara, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.
H.     Hipotesis
Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup melakukan pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun keyakinan atau hipotesis tersebut adalah “Kurangya pemahaman masyarakat terhadan sosok-sosok dibalik awal mula kemajuan suatu daerah di Indonesia yang sering luput dari perhatian mereka” Hal ini, menjadi salah satu faktor yang paling dominan untuk dapat dikatakan sebagai “penyebab”.

I.        Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu dua minggu. Dimulai dari pengumpulan data, kegiatan lapangan hingga penulisan hasil akhir penelitian.

J.        Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, kegunaan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, sampai terahir kepada sistematika penelitian.
Bab berikutnya, kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang Sosok Awal Dibalik Kemajuan Kota Tegal.
Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar tetap melestarikan dan memotivasi agar kedepannya kota Tegal menjadi lebih maju lagi.



BAB 2
PEMBAHASAN

Kota Tegal adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal disebelah timur dan selatan. Dalam rangka memenuhi tugas sekolah mengenai perkembangan Kota Tegal pada masa Ki Gede Sebayu, maka kami akan membahas Kota Tegal pada masa Ki Gede Sebayu hingga perkembangan Kota Tegal sekarang

A.     Sejarah Perjalanan Ki Gede Sebayu
Sejarah tlatah Tegal tak dapat dipisahkan dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit, karena ayahnya, Ki Gede Tepus Rumput (Pangeran Onje) adalah keturunan Batara Katong, Adipati Ponorogo yang masih punya kaitan dengan keturunan dinasti Majapahit. Ki Gede Sebayu adalah putra ke22 dari 90 saudara. Putra beliau 2 orang yaitu, Raden Ayu Giyanti Subalaksana yang menjadi istri Pangeran Selarong (Pangeran Purbaya) dan Ki Gede Honggobuwono.
Ki Gede Sebayu, yang memilih diam cegah dhahar lawanguling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin kacau, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun, Sebayu menolak. Melihat penderitaan manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda, Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir kebarat. Dia melepas atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup.
Sampailah dia di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai muara laut utara. Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu.
Di sana hanya ada beberapa bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat. Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan. Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam. Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi. Sementara itu, Pangeran Benow diangkat menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya, Sebayu, untuk menjadi patih. Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Sebayu. Di Desa Tegal, tempat Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat Tegal, Pangeran Benowo melantik dia menjadi juru demang atau sesepuh Desa Tegal. Anugerah sebagai sesepuh desa diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.
Selain itu juga ada lagi kisah dari Ki Gede Sebayu waktu hendak menikahkan Putrinya yang bernama Raden Ayu Giyanti Subalaksana.
Sapa-sapa satriya sing bisa negor wit jati nganti bisa rubuh, bakal dak tampa dadi jodhone anakku, Raden Ayu Siti Giyanti Subalaksana”.
Demikian sabda Ki Gedhe Sebayu ketika mengumumkan sayembara kepada seluruh kasatriya tanah Jawa. Artinya, siapa saja kesatriya Jawa yang bisa menebang pohon jati sehingga roboh, akan diterima menjadi jodoh putrinya, Raden Ayu Siti Giyanti Subalaksana. Di samping itu, wit jati atau pohon jati tersebut nantinya akan menjadi sakaguru bagi Masjid Agung Kalisoka. Namun dalam sayembara itu tak seorangpun mampu menebang wit jati tersebut hingga roboh. Sudah dua puluh empat kesatriya gagal melaksanakan sayembara Ki Gedhe Sebayu.
Pada saat semua orang hampir putus asa, datanglah seorang pemuda. Ia bernama Ki Jadhug yang mengaku dari dukuh Sigeblag,  desa Slarang Kidul,  kecamatan Lebaksiu. Konon Ki Jadhug adalah Jaka Umbaran atau Panembahan Purbaya ketika muda. Putra sulung Panembahan Senapati ing Alaga Mataram ini sedang melaksanakan kewajiban kesatriya Jawa untuk lelana. Yakni berkelana demi menajamkan hati dan pikiran. Ki Jadhug mengikuti sayembara akbar tersebut. Dengan susah payah,  beliau berhasil juga melaksanakan amanat Ki Gedhe. Beliau mencerabut wit jati  tersebut hingga akar-akarnya ke permukaan tanah. Dan ketika sang wit jati tercerabut, semua khalayak menyaksikan angin kencang yang membantu Ki Jadhug. Akhirnya, pekik tahmid dan takbir dari Ki Gedhe Sebayu mengiringi robohnya sang wit jati.

B.      Perkembangan Ekonomi
Kata Tegal sendiri berasal dari kata Tetegal yang artinya tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian. Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Teteguall. Sebutan ini diberikan oleh seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pieres yang pernah singgah di pelabuhan Tegal sekitar tahun 1500-an. Tome Pieres adalah penjelajah sekaligus saudagar yang menjual hasil-hasil pertanian dan gula. Menurut catatan Tome Pieres, pada waktu itu perdagangan di Tegal didominasi oleh orang-orang India dan Tionghoa. Tegal merupakan bandar yang penting di sepanjang pantai utara dan pantai timur Jawa. Perdagangan di Tegal pada akhir abad ke-16 dikuasai oleh kaumbangsawan. Namun demikian pengurusan langsung usaha dagang ditangani orang-orang yang mereka percayai. Kaum bangsawan lebih bertindak sebagai penanam modal dalam perdagangan dan pemilik sebagian besar perahu-perahu.
Pada tahun 1600-an, Tegal merupakan daerah yang ditunjuk Sultan Agung sebagai tempat untuk membawa beras dengan perahu yang diperlukan bagipersediaan pangan tentara Mataram dalam menyerang VOC di Batavia.

C.      Perkembangan Pemerintahan
Antara abad 10 sampai 16 kemungkinan di wilayah Tegal ada sistem pemerintahan atau dikuasai kerajaan kecil, sebab menurut catatan Rijklof van Goens dan data di buku W. Fruin Mees, disebut kalau sekitar tahun 1575 daerah itu termasuk daerah merdeka yang dipimpin oleh raja kecil atau pangeran. Pendapat ini juga didukung di buku The History of Java karya Raffles yang menyatakan kalau ada kerajaan kecil yang bernama Kerajaan Mandaraka (ada juga yang menyebut Kerajaan Salya) di sekitar wilayah Tegal, tapi catatan ini sedikit meragukan.
Kerajaan Mataram mulai menguasai Tegal setelah penyerangan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Seda Krapyak. Sebagai bagian dari Kerajaan Mataram, wilayah Tegal mendapat status Kadipaten pada hari Rabu Kliwon tanggal 18 Mei 1601, dan Ki Gede Sebayu diangkat oleh Panembahan Senopati (penguasa Mataram) menjadi Juru Demang (setingkat Tumenggung).
Pada jaman perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830), menurut catatan P.J.F. Louw dalam bukunya De Java Oorlog Uan, wilayah Tegal dipimpin Residen Uan Den Poet.
Tegal merupakan daerah yang dipercaya Mataram pada masa Sultan Agung dan Amangkurat I sebagai daerah pengaman bagi kerajaan. Pada masa itu banyak prajurit Jawa yang ditempatkan di Tegal. Tetapi setelah adanya kontrak antara kompeni dan Sunan Pakubuwono II, disebutkan dalam vasal II kontrak tersebut yang berbunyi supaya sunan menarik atau memanggil prajurit itu ke istana. Dalam kontrak baru perdamaian antara Pakubuwono II dengan Kompeni juga mewajibkan sunan untuk mengumpulkan alat-alat dan tenaga untuk membangun dan memperbaiki lojiyang ada di Tegal. Pada masa terjadi pertempuran antara Mataram dengan Madura awal abadke-17 kompeni mendapat kesukaran untuk memperoleh beras dari bandar-bandar Mataram karena semua perahu Mataram digunakan untuk keperluan perang. Untuk mengatasinya maka Kompeni Batavia terpaksa mengirim kankapal-kapalnya ke Tegal, Demak, Jepara, dan Kendal untuk mengangkut beras.
Pada awal abad ke-18 kota Tegal juga memainkan peran yang sangat penting. Dimana pada saat itu Kompeni berusaha memperkuat pertahanan Tegal agar tidak jatuh ke tangan Mangkubumi. Pertahanan Kompeni terhadap Tegal itu dengan tujuan untuk mempekuat pertahanan kota dalam menghadapi penyerangan dari Pangeran Mangkubumi pada masa Perang Giyanti. Pertahanan yang dilakukan Belanda dengan cara mendatangkan pasukan dari Madura dan Surabaya sebanyak 2000 orang. Pada masa Kerajaan Mataram, wilayah Tegal menjadi bagian darikekuasaannya. Dengan demikian maka kepala daerahnya diangkat olehpemerintah kerajaan dengan surat ketetapan (piagam) raja. Pada masa pemerintahan kolonial, surat ketetapan itu dikeluarkan oleh pemerintah kolonial di Batavia.
Tanggal 31 Agustus 1629 hampir keseluruhan pasukan tiba di daerah sekitar Batavia. Mereka datang berkuda membawa bendera, panji-panji ,dan juga gajah. Saat sampai Batavia, Mataram mengatur siasat dengan mengirim seorang utusan yang bernama Warga untuk meminta maaf kepada kompeni mengenai hal yang telah terjadi. Kompeni menerima Warga dengan baik, sementara itu kedua kalinya, ia ditangkap dan ditanyai tentang kebenaran berita, bahwa Mataram hendak menyerang Batavia lagi. Hal ini dibenarkan oleh Warga dan rahasia bahwa Tegal menjadi gudang persediaan beras bagi tentara Mataram pun terbuka.
Setelah mendapat keterangan ini kompeni mengirimkan armadanya ke Tegal, dimana perahu-perahu Mataram, rumah-rumah, dan gudang-gudang beras bagi tentara Mataram dibakar habis. Setelah Tegal dirusak, Kompeni mengarahkan perhatiannya kepada Cirebon. Akibat pemusnahan gudang beras Mataram, usaha pengepungan Batavia tidak berlangsung lama (Marwati Djoened, dkk, 1992: 74-75). Total kerugian yang dideritaMataram di Tegal sebanyak 4.000 pikul bersama dengan 200 perahu. Kira-kira 100 perahu yang datang dengan padi menurut Tumenggung itu akhirnya akan dikirim untuk Batavia. Dia menghendaki agar semua padi itu ditumbuk di Tegal. Persiapan Mataram untuk menggempur Batavia sebenarnya sudah terdeteksi oleh mata-mata VOC. Mata-mata itu melaporkan bahwa Mataram telah mengangkut dan menimbun sejumlah besar beras disepanjang pantai, utamanya di daerah Tegal. Sebelum dibawa ke Batavia, padi yang diangkut dengan 100 perahu tersebut akan ditumbuk dulu di Tegal.
Pada masa Amangkurat I, Tegal direncanakan dipakai oleh sultan dan VOC untuk melakukan pertemuan berkaitan dengan pemberontakan di Mataram.Namun belum terlaksana karena Amangkurat I meninggal dalam perjalanan sebelum sampai ke kapal VOC yang berlabuh di Tegal. Dalam kondisi sakit sekitar dua minggu dia dibawa di dalam sebuah tandu ke arah barat melalui distrik Bagelen dan pegunungan di Banyumas. Sultan berharap dapat mencapai Tegal untuk bertemu dengan VOC yang telah menunggunya didalam Kapal. Amangkurat I meninggal di sebuah desa kecil sebelum mencapai pantai. Tubuhnya diantarkan ke Tegal dan dikebumikan di atas bukit buatan yang diberi nama Seda ing Tegal Wangi.
Putra mahkota, yaitu Amangkurat II menggantikan ayahnya menjadi raja Mataram sekaligus diakui oleh VOC sebagai penguasa di Tegal dan Jepara. Setelah kematian Amangkurat I sebenarnya penguasa Tegal, Tumenggung Martalaya telah menyarankan kepada Amangkurat II untuk tidak meminta bantuan VOC dalam menumpas pemberontakan Trunojoyo di Jawa Timur, Tetapi saran ini ditolak, dia cenderung lebih kooperatif dengan VOC, bahkan penguasa Tegal ini tidak disukai oleh Sultan.
Pada tahun 1677 ketika Amangkurat II menandatangani kontrak dengan VOC, daerah Jepara dan Tegal merupakan suatu tempat yang tersisa disepanjang pantai utara Jawa yang belum dikuasai oleh Pasukan Trunojoyo Perbatasan wilayah antara kompeni dan Mataram menggunakan patokan sungan Tjilosari Tegal. Berkat jasa VOC terhadap Mataram pada waktu membantu pemberontakan Trunojoyo, maka sekitar tahun 1680 VOC mengangkat dirinya sebagai penguasa di pesisir Jawa, termasuk di Tegal. Di tempat inilah VOC membangun benteng yang kuat dan membangun pos perdagangan. Di sini sebenarnya mulai muncul embrio penduduk Eropa yang mendiami Kota Tegal.
Pada awalnya sekitar tahun 1680 masyarakat Eropa tinggal dan membangun benteng, sehingga keberadaan mereka cukup ekslusif. Keuntungan tinggal di benteng adalah keamanan terjamin dan secara militer kekuatan VOC tidak pernah terpotong dari laut. Keberadaan orang Eropa di benteng sejalan dengan kebijakan antara VOC dan Bupati Tegal untuk mengelompokkan pedagang Eropa dan tentara Eropa terpisah dari penduduk Jawa. Mereka tinggal dibenteng dan tidak seorangpun dapat masuk ke lokasi itu tanpa seijin VOC dan bupati.
Dalam perkembangannya karena hidup di dalam benteng tidak menyenangkan, sehingga mereka pindah ke rumah yang dibuat permanen di kota. Adapun orang-orang Jawa tinggal disebelah timur kampung kota dan orang-orang Cina tinggal di sebelah selatan. Pemukiman Eropa di kota ini terletak di dekat laut, di sekitar suatu lapangan luas dekat rumah residen, di depan benteng. Di depan rumah residen terdapat gudang-gudang, sedangkan di tepi laut dan di belakang bangunan ini terletak sebuah fondasi bagi bangunan kubah gereja Tegal.
Pada masa Pakubuwono II, Sunan meminta bantuan VOC dalam menumpas pemberontakan Cina (1740-1743). Melalui perjanjian tanggal 18 Mei 1746, maka daerah pesisir Mataram yang masih tersisa diserahkan kepadakompeni, termasuk Tegal (Perjanjian 1 November 1743 dan 18 Mei 1746,antara Pakubuwono II dan Kompeni terdapat dalam arsip Solo, box 53 no.5. Arsip. 31). Posisi transportasi Tegal juga cukup strategis karena dapat dilalui dengan menggunakan jalur darat. Rute darat di antara Tegal dengan daerah lain atau ke pedalaman pernah dijelaskan oleh Gubernur Jenderal Van Im Hoff. Dia menggambarkan bahwa dalam kunjungannya ke Mataram tahun 1746, dari Surakarta ke Tegal melewati Kartasura, Jogjakarta kemudian lewat Kota Gede menuju pantai Selatan menyusuri pinggir.

D.     Perkembangan Tata Kota dan Keadaan Sosial Ekonomi 1900-1950
Tegal tahun 1900 mengalami transformasi menjadi salah satu kota besar di pantai utara jawa. Terutama setelah dibangun jalan raya anyer-penarukan serta jalur kereta api yang menghubungakan surabaya dengan batavia/jakarta. Setelah pada tahun 1885 dibangun stasiun Tegal yang kemudian memicu pertumbuhan ekonomi. Perekonomian terutama berkembang pada sentra hasil produksi gula, hasil produksi teh, serta perdagangan tekstil.Masyarakat yang mendiami daerah Tegal diantaranya adalah masyarakat pribumi asli yang merupakan penduduk asli Tegal, ada etnis China yang kebanyakan tinggal di daerah pecinan yang terletak di jalan Yos Sudarso.
Masyarakat etnis arab bermukim di daerah Pekauman yang terletak di sebelah barat Alun-alun Tegal. sedangan mayarakat Eropa tinggal di daerah Tegal timur di sebelah selatan stasiun Tegal. Sementara warga pribumi kebanyakan tinggal di luar daerah tersebut, seperti di pesisir pantai sebelah barat.



E.      Kondisi Tata Kota Tegal Awal Tahun 1900-1950
Pada masa kolonial Tegal merupakan salah satu kota yang dijadikan Kantor bagi pemerintah Kolonial Belanda. Selain Loji dan kantor Residen, dibangun juga Benteng dan Pelabuhan serta Stasiun. Kantor pemerintah kolonial ini terutama mengawasi hasil pertanian tebu dan perkebunan teh yang merupakan salah satu komoditas utama Tegal. komoditas tebu berpusat di Pangkah di mana pabrik gula pangkah berada. Sedang perkebunan teh terletak di daerah Bojong dan Bumijawa yang terletak di dataran tinggi.
Lokasi Tegal sangat strategis jika dilihat dari posisi Tegal yang terletak diantara jalur penghubung Cirebon - Semarang maupan Batavia - Surabaya. Tegal juga merupakan pintu masuk dari jalur pantai utara menuju daerah-daerah di selatan pulau Jawa seperti Purwokerto, Cilacap, maupun Kebumen. Hal inilah yang membuat pemerintah kolonial memperhatikan betul pembangunan infrastruktur di Tegal. pembangunan inilah yang kemudian memiicu perkembangan ekonomi dan sosial di daerah tegal.
Sekitar tahun 1900-an pembangunan di Tegal mencapai puncaknya. Salah satu yang cukup mencolok adalah pembangnan kantor pusat SCS. Stasiun Tegal yang mulai dibangun pada tahun 1885 sebagai stasiun trem JSM (Java Spoorweg Maatschappij). Pada 1897 dibeli oleh maskapai perkeretaapian SCS (Semarang Cheribon Stoomtram-maatschappij) kemudian stasiun dilengkapi dengan atap besar berbahan kayu yang mampu mengatapi 3 sepur. Pada tahun 1918 bagian stasiun yang termasuk dalam rancangan tahun 1885 direnovasi berdasarkan karya arsitek Henricus Maclaine Pont.
Perusahaan SCS merupakan perusahaan perkeretaapian yang memegang trayek jalur kereta api Cirebon Semarang Purwokerto. Tegal dipilih sebagai kantor pusat sebab Tegal terletak di tengah-tengah ketiga kota tersebut. Pemilihan tegal sebagai kantor pusat SCS membuat Tegal semakin ramai. Arus mobilisasi dari dan menuju Tegal kian mudah. Sebagai akibatnya, kriminalisasi juga semakin banyak. Dari hal ini pemerintah kolonial membangun sebuah penjara yang terletak di sebelah selatan kantor dan rumah Residen.
Bangunan penjara ini berbentuk seperti sebuah Loji dengan dinding yang kuat dan tebal. Dengan penjagaan yang ketat oleh petugas jaga, serta sel-sel yang terbuat dari besi. Penjara ini sebagai tempat eksekusi maupun penahanan bagi mereka yang telah didakwa oleh pengadilan pemerintah kolonial. Sisa-sisa dari bangunan penjara ini sudah tidak ada, sebagai gantinya, diatasnya dibangun bangunan Belanda lainnya yang kemudian dijadikan gedung kantor pos pada masa orde baru.
Pelabuhan Tegal terletak di sebelah utara kantor Residen Tegal. Meskipun bukan merupakan pelabuhan yang besar, namun pelabuhan Tegal cukup ramai. Tidak hanya disinggahi para nelayan, Pelabuhan ini juga digunakan sebagai transit bagi mereka yang sedang melakaukan perjalalan menuju semarang maupun Batavia. Hingga saat ini keadaan pelabuhan Tegal masih  relatif sama seperti pada masa pertama kali dibangun. Hanya saja, pelabuhan ini tidak lagi difungsikan untuk bersandar kapal-kapal besar. Pelabuhan ini hanya digunakan untuk bersandar kapal-kapal nelayan kecil pencari ikan.

F.       Tegal Masa Kini
“TEGAL KEMINCLONG, MONCER KOTANE”, “TEGAL LAKA-LAKA”. Itulah Semboyan kota Tegal.  Dalam rangka memenuhi tugas sekolah mengenai perkembangan Kota Tegal, maka kami akan membahas Kota Tegal dari berbagai aspek yaitu : Pemerintahan, Perekonomian, Budaya, Obyek Wisata, Kebudayaan unik Tegal, Makanan Khas Tegal.
ª      Pemerintahan
Kota Tegal terdiri 4 kecamatan, yakni Tegal Barat, Tegal Timur, Tegal Selatan, dan Margadana. Balai kota Tegal semula menempati gedung yang kini digunakan untuk gedung DPRD Kota Tegal. Namun sejak tahun 1985, pusat pemerintahan dipindahkan ke bekas pendopo Kabupaten Tegal, yakni di kawasan alun-alun. Kolonel Laut (Purn) Adi Winarso, S.Sos adalah putra Tegal pertama yang menjabat sebagai Walikota selama dua periode yakni 1999-2004 dan 2004-2009. Tahun 2008 menandai sejarah baru kepemimpinan Kota Tegal, karena tahun itu pula untuk kali pertama Walikota dipilih secara langsung oleh rakyat Kota Tegal. Hasilnya, secara mutlak pasangan Ikmal Jaya, SE Ak/ Ali Zainal Abidin, SE terpilih sebagai pemimpin baru melalui Undang-undang politik baru. Mereka dilantik pada 23 Maret 2009 oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo.

ª      Perekonomian
klim investasi yang cukup sejuk mengundang banyak investor luar daerah menanamkan modalnya di kota ini. Maka tak mengherankan, dalam kurun waktu 5 tahun sejak 2001, telah berdiri beberapa pusat perbelanjaan antara lain Pacific Mall, Rita Mall, Dedy Jaya Plaza, Marina Plaza, dan Pusat grosir Moro. Namun demikian seiring dengan krisis ekonomi beberapa pusat perbelanjaan gulung tikar, diantaranya Marina Plaza dan Moro dan dedy jaya yang hampir bangkrut tingkat perekonomian masyarakat tegal sangat konsumtif hal ini dibuktikan dengan banyak nya perusahaan yang menanamkan modal dan menuai keberhasilannya di tegal,spt contohnya dealer honda terbesar yaitu Naga Mas tegal yang menjadi penjualan honda terbesar di tegal,slawi, brebes

ª      Budaya
Meskipun kota Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini berkembang cukup pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal. Kesenian asli Kota Tegal adalah tari endel dan balo-balo. Ibu Sawitri merupakan generasi pertama penari endel. Selain itu, seni sastra juga merupakan andalah Kota Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto Suprijadi. Sementara Widjati digolongkan ke dalam penyair angkatan '00'. Kota Tegal tercatat memiliki dua tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi (sutradara dan penulis skenario), dan Chaerul Umam (sutradara).
Beberapa teater yang kiprahnya menjadi konsumsi berita nasional adalah teater RSPD (Yono Daryono), teater Puber (Nurhidayat Poso), teater Wong (M Enthieh Mudakir), teater Hisbuma (Dwi Eri Santoso), Teater Q (Rudi Itheng) dan lain-lain. Di bidang musik tercatat beberapa nama yang menjadi cikal bakal lahirnya musik Tegalan yaitu Hadi Utomo, Nurngudiono, dan Lanang Setiawan.

ª      Obyek Wisata
Beberapa obyek wisata Kota Tegal yang dapat dikunjungi antara lain:
a)      Pantai Alam Indah (PAI) yang dilengkapi anjungan, gardu pemantau, waterboom, Monumen Bahari, dan panggung hiburan.
b)     Wisata air yaitu Gerbang Mas Bahari Waterpark (waterpark terbesar di Jawa Tengah)
c)      Wisata makanan antara lain: pondok makan jalan teri (pokanjari), lesehan di seputaran Jalan A. Yani (pada waktu malam hari), rumah makan masakan laut di kawasan PAI serta rumah makan kapal terapung "Lor ing Margi" yang baru dibuka Agustus 2009, rumah makan Miraos, rumah makan Sari Laguna, dan lain-lain
d)     Hotel berbintang di kota Tegal: Bahari Inn, Karlita International Hotel, Plaza Hotel, Alexander, Susana Baru, Paramesti, Riez Palace. Di samping itu masih ada puluhan hotel berkelas melati.
e)      Pusat perbelanjaan: Pacific Mall, Dedy Jaya Plaza, Rita Super Mall.
f)       Wisata hobi: pasar burung (pets shop)
g)      Taman Poci : Taman kecil yang terletak di depan Stasiun KA Tegal dilengkapi dengan permainan anak2 dan dihiasi lampu hias, cocok buat keluarga yang ingin "jagongan" karena banyak pedagang kaki lima yang menjajakan makanan khas Tegal + Teh Poci



ª      Kebudayaan Unik Tegal
Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di wilayah Tegal, dengan acara inti melangsungkan 'pesta perkawinan' antara sepasang poci tanah berukuran raksasa. Mantu poci pada umumnya diselenggarakan oleh pasangan suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga dikarunai keturunan. Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah. Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi. Dewasa ini Mantu Poci sudah jarang digelar di Tegal. Salah satu repertoar yang diusung oleh Dewan Kesenian Kota Tegal di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 2003 adalah mementaskan drama berjudul Kang Daroji Mantu Poci, dikemas secara komedi.

ª      Makana Khas Tegal
Tegal dikenal dengan tahu aci dan pilus. Makanan khas lain yaitu Soto Tegal (memakai tauge dan tauco dengan campuran daging ayam, sapi atau jeroan babat), Kupat Glabhed (ketupat dari beras yang diberi kuah kental dan dimakan bersama sate kerang/sate dari daging blengong(sejenis unggas/bebek). Minuman yang terkenal yaitu teh poci khas Tegal (teh yang diseduh air panas di dalam wadah poci terbuat dari tanah liat dan untuk pemanisnya diberi gula batu. Untuk makan sehari-hari biasanya disebut Nasi Ponggol (berisi lauk yang terdiri dari Tahu, Tempe, Ikan Asin Oreg Oreg Tempe Berupa Tempe yang diiris kecil kecil dibumbui dengan Tumis) Akhir akhir ini banyak disebut orang di Kota Tegal Ponggol Setan (karena dijualnya malam setelah Jam 6 malam sampai pagi hari) Konotasi "Setan " karena rasanya yang pedas bagai kesetanan.
Beberapa makanan kecil yang saat ini sudah agak langka adalah Glothak (semacam bubur terbuat dari gembus/dage dengan kuah kaldu dan cabai hijau). Makanan semacam ini biasanya banyak dijual saat bulan Ramadhan. Ada juga kupat bongko, rujak kangkung, bubur blohok dan rujak uleg, yang tak kalah hebohnya ada pula jajanan yang namanya Olos yang kini menjadi jajanan khas Tegal. Sate Kambing Tegal juga cukup banyak disukai oleh masyarakat hingga diluar Tegal. Sate Kambing Tegal terbuat dari daging kambing muda biasanya berumur di bawah lima bulan (balibul)yang sangat empuk dan beraroma khas karena tidak terlalu banyak olesan bumbu pada saat membakarnya. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah, tomat dan cabe rawit. Sangat lazim dihidangkan bersama teh poci gula batu.













BAB 3
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Kota Tegal merupakan penjelmaan dari sebuah desa yang bernama TETEGUAL. Pada tahun 1530, Daerah ini telah mengalami banyak kemajuan dan telah menjadi bagian dari wilayah kabupaten Pemalang yang mengakui kerajaan Pajang. Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi dari Kota Tegal tidak lepas dari peran Ki Gede Sebayu yang merupakan keturunan trah Majapahit. Melihat penderitaan manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga diKerajaan Pajang tidak kunjung reda, Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir kebarat. Dia melepas atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup.
Sampailah dia di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai muara laut utara. Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu. Pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi yang merupakan hari jadi  Kota Tegal.


B.      SARAN
Kota Tegal yang telah melalui perjalanan sejarah yang panjang, dan mempunyai peradaban yang maju yang telah di wariskan sejak zaman Ki Gede Sebayu dalam Pemerintahan, Perekonomian, Kebudayaan, dan lain sebagainya. Merupakan sebuah motivasi agar kedepannya Kota Tegal dapat menjadi kota yang lebih maju. Kita sebagai generasi penerus harus dapat memberikan yang terbaik bagi kelangsungan kota kita tercinta ini, agar kedepannya menjadi kota yang Metropolitan. Amin...

1 komentar:

  1. titanium watch band - TITanium Art
    Wear a samsung watch 3 titanium T2 helmet, and be sure that there is no metal band on your titanium teeth outfit, but wear titanium flash mica your T2 for protection. titanium blue To hide from the blade, it's necessary to avoid nipple piercing jewelry titanium an

    BalasHapus